Hai Sobat Apoteker Kita! Jadi beras putih yang sehari-hari kita konsumi itu perlu direndam berapa lama sih?

Yuk, kupas tuntas topik yang lagi hangat diperbincangkan ini.
Dibaca dengan teliti dan sampai habis ya, agar TIDAK hanya sekedar ikut-ikutan tanpa tahu dasar ilmiahnya.

KESIMPULAN:
Keberadaan Anti-Nutrien pada (umumnya) tumbuh-tumbuhan, bisa bersifat merugikan bahkan berbahaya (pada kondisi tertentu) bagi kesehatan. TAPI, hal ini bisa diatasi dengan berbagai macam SOLUSI, seperti: fermentasi, penggilingan & perendaman, biofortifikasi, modifikasi genetik, germinasi, dan pemanasan.

Salah satu Anti-Nutrien yang paling sering kita temukan, yaitu: Asam Fitat pada BERAS UTUH, gandum utuh, dan kacang-kacangan.

***

Jadi sudah paham yaa apa itu Anti-Nutrien yang sudah kita jabarkan secara detail di atas. Nah, bagaimana nih kasusnya pada BERAS? Makanan pokok rakyat Indonesia, nih! Biar tenang dan tidak was-was lagi (terutama buat ibu-ibu nih), simak ya penjelasannya dengan lengkap dan seksama. Baca sampai habis, ok!

KESIMPULAN:
Asam Fitat terletak di lapisan luar pada beras. Nah, beras putih yang terstandar hanya memiliki maks 20% sisa lapisan luar setelah melalui penggilingan (milling).
Artinya?
Asam Fitat-nya sudah jauh berkurang kadarnya. Selanjutnya kita bisa melakukan perendaman (soaking) agar mengaktifkan enzim phytase, supaya kadar Asam Fitat tadi bisa lebih diturunkan lagi.
NAMUN, belum ada penelitian yang menganjurkan secara spesifik berapa lama beras harus direndam!
Ingat, merendam/mencuci beras bisa menghilangkan kandungan vitamin larut air dan beberapa mineral di dalamnya!
Jadi sebaiknya harus bagaimana nih??
Dikembalikan kepada masing-masing dengan catatan sudah paham ya mekanisme masalah Anti-Nutrien ini.
Dari kami menganjurkan, sebaiknya proses perendaman beras: TIDAK DIPERLUKAN TERLALU LAMA.
***

Bagi yang mau bertanya dan diskusi, boleh banget tulis di kolom komentar ya!

Ditulis oleh:
apt. Nurul Hasanah M.Gizi
Pharmacist and Master of Nutrition from Universitas Indonesia